Selasa, 13 Juli 2010

Untuk Anda, Bapak perokok!!

Kesel….!!!”ujarku dalam hati. Kondisi fiskku yang sudah sangat lelah seperti ini ditambah lagi dengan keadaan angkot yang super duper sumpek…arrrgghhh!!!apalagi dengan adanya sosok pria setengah baya didepanku yang sedang asyik-asyiknya merokok, seharusnya ku tiupkan saja asap knalpot didepan mukanya supaya dia tahu rasa. Asap rokoknya itu yang membuatku harus menahan nafas panjang, dan juga membuat seragam sekolahku bau asap.

“Uhukk,,hukk,,!!”entah kali berapanya, anak perempuan disamping pria tersebut harus mengeluarkan suara batuk yang tidak disengaja karena mengisap asap rokok yang dihisapnya.

“Batuk ya neng??makanya lain kali bawa masker kemana-mana, biar gak kena asap-asap yang tidak mengenakan..hehehe..!!”katanya sambil tertawa sinis kepadanya.Apa?!!! Pria itu gila ya? Anak perempuan itu (termasuk aku) yang dirugikan kenapa anak itu pula yang mesti bersusah-susah membeli masker untuk menghindari asap rokoknya. Kenapa semua orang yang merasa terganggu karena asap rokoknya mesti mempunyai rasa toleransi kepada dia, sedangkan dia sama sekali tidak menghargai kondisi orang-orang di dalam angkot yang tersiksa karena asap rokoknya.

Anak perempuan itu hanya diam saja tanpa menjawab sepatah katapun. Mungkin dia malu atau takut dipermalukan oleh pria tersebut. Pria seperti harusnya dilawan saja, apalagi sekarang asapnya sudah membuat hampir seluruh penumpang terbatuk-batuk karena asap rokoknya.

“Wah..kami tidak punya uang pak buat beli masker,maklumlah masih anak sekolah..” jawabku tiba-tiba sambil memasang senyum kepadanya. Huh..liat saja, memangnya dia pikir aku anak ingusan yang dengan mudahnya takut karena suruhannya tadi dan menerima nasihat tak adil darinya.

“Masa masker yang seharga limja ribu rupiah saja tidak bisa neng beli..?? Ah..memang, anak muda zaman sekarang bisanya cuma ngabisin uang buat beli barang-barang yang ggak penting. Shopping di mall,traktirin temen-temennya buat pamer-pamer kekayaan, gak mikir orang tua tuh susah cari uang.!!”Serunya sambil sedikit menggertak.

aku hanya tersenyum sambil berkata,

“Lho,,apa bedanya dengan bapak yang menghabiskan berbatang-batang rokok, dengan anak-anak muda yang membeli bermacam-macam barang yang menurut bapak tidak penting jika bukan karena ada satu tujuan yaitu mendapatkan kepuasan bukan?” perlahan aku memperhatikan wajahnya dari samping. Ahaa!! Dia terlihat kaget atas pernyataanku barusan.

Kulihat para penumpang di dalam angkot ini saling melirik satu sama lain, sepertinya mereka khawatir akan terjadi adu mulut antara aku dengan bapak tersebut. Salah mereka sendiri, kenapa tidak ada yang mau memberi tahu pria itu untuk mematikan asap rokoknya, padahal mereka semua terganggu oleh asap rokoknya, aku menggerutu di dalam hati.

“Ternyata si eneng ini pinter ngeles juga ya??hahahha..pasti disekolahnya sering sekali dimarahi guru!”ujarnya sambil mengalihkan pertanyaanku barusan. Dia pikir aku akan menyerah??enak saja, sudah membuatku menghirup asap rokoknya, dinasehati tak adil olehnya dan sekarang dia ingin mengalihkan pertanyaanku?!huh..

“Wah..bapak hebat sekali tahu tentang keadaan saya di sekolah seperti apa ?! Saya memang pintar ngeles tapi hanya jika orang yang saya ajak ngobrol ngeles juga!!ya seperti bapak ini..hehe..!!”jawabku sambil tersenyum, aku tidak mau terbawa emosi hanya karena ucapannya yang sudah berusaha mempermalukanku.

Aku lihat wajah bapak itu semakin merah padam, sepertinya dia malu karena aku lontarkan pernyataan barusan. Para penumpang semakin tidak bersuara, hening seperti menikmati keteganggan yang ada. Tidak ada yang berani menasehati dia ataupun melerai kami?? Baik, aku akan melakukannya sendiri. Aku melihat kembali wajahnya, dan tiba-tiba dia berkata..

“Baru juga SMA, sudah seperti orang tua ngomongnya, tidak tahu sopan santun sekali!!Saya ini lebih tua daripada kamu nak, seharusnya kamu lebih menghormati saya dan tidak berbicara kasar seperti itu!! Serunya sambil sedikit berteriak. Mungkin harga dirinya jatuh, di hadapan para penumpang angkot ini.

“tentu saja pak, saya akan menghormati bapak karena itu hak bapak untuk di hormati. Tapi bapak berkewajiban untuk menghormati orang lain dan menyayangi orang yang usianya berada dibawah bapak, apalagi jika mereka merasa tergganggu oleh asap rokok bapak!” kataku dengan sopan.

“Lho, tadi kan sudah saya bilang, kenapa kalian tidak beli masker saja untuk menutupi bau asap yang takut kalian hirup??begitu saja kok repot?! Anak muda,,hidup ini sudah susah, jadi gak usahlah dibawa ribet, hal yang sepele kok di besar-besarkan??” jawabnya sambil tersenyum sinis.

“Kalo begitu, apa susahnya bapak mematikan rokok bapak ketika orang lain merasa tergganggu, dan menyalakannya kembali ditempat dimana tidak ada orang lain yang merasa terganggu?itu juga mudah bukan?”kataku sambil tersenyum.

“Memangnya ada tempat dimana orang lain merasa tidak terganggu karena asap rokok??kalau ngomong itu jangan ngawur nak,,nak,,!!”.

“ya, kalau begitu merokok ditempat dimana banyak orang yang merokok juga didalamnya?bagimana?”kataku.

“Kamu itu tambah ngawur ya?bagaimana saya bisa mendapatkan udara yang cukup segar untuk di hirup jika disamping kanan dan kiri saya adalah orang yang merokok!ah,,sudahlah, ngomong sama anak kecil gak akan beres-beres..!!”serunya sambil menahan kesal.

Lagi-lagi aku tersenyum dan berkata,
“Bapak saja yang merokok, tidak tahan jika orang yang disamping kanan dan kiri bapak merokok. Apalagi kami, yang bukan perokok. Menghiru asap rokok yang tidak biasa kami hirup dengan terpaksa harus kami hirup. JIka bapak mau sakit, maka sakitlah dengan bijak. Tidak usah membawa kami yang bukan perokok ikut-ikutan sakit karena menghirup asap rokok bapak!!”

“Saya tidak pernah melarang bapak atau siapapun untuk merokok, tapi tolong hormati kami yang bukan perokok, dengan begitu saya pun akan menghormati bapak atau siapa pun yang merokok di dunia ini. Hanya satu keinginan saya dan saya yakin ini juga keinginan orang-orang lain diluar sana yang bukan perokok yaitu udara yang segar dan bersih. Negeri kita sudah banyak mengeluarkan polusi setiap harinya, lantas bagaimana kita semua bisa mendapatkan udara yang segar dan baik untuk tubuh?”lanjutku.

“Maaf jika bapak tersinggung, tapi sya hanya ingin mengatakan Bapak berhak untuk merokok, dan kami yang bukan perokok juga berhak untuk tidak menghisap asap rokok bapak..!!”aku menutup kalimat terakhirku sambil tersenyum, tanpa ada nada sinis sedikitpun. Kulihat wajahnya semakin memerah, tapi tak apalah, setidaknya aku sudah berbicara kepadanya dengan sesopan mungkin.

Aku melihat sekelilingku, sebagian dari mereka tersenyum. Mungkin lega karena tidak terjadi adu mulut yang hebat, atau juga tenang karena mereka mempunyai pemikiran yang sama denganku hanya saja mereka tidak berani untuk mengungkapkannya. Tak apa, setidaknya aku sudah memperjuangkan hakku untuk mendaptkan udara yang bersih dan sehat.

Angkot sudah berjalan mendekati arah ledeng, sebentar lagi aku harus turun.
“Kiri mang..!!”ujarku. Sebelum aku turun, aku tersenyum kepada bapak-bapak itu dan berkata
“Mari pak, saya turun duluan,,assalamu’alaikum..”kataku sambil turun dan memberikan ongkos kepada pak supir.

Hari ini, hari yang melelahkan, tapi setidaknya aku puas,,karena bisa jujur..jujur kepada diriku sendiri dan orang-orang disekitarku bahwa aku tidak suka asap rokok.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar